Apa Sebenarnya Tujuan Hidup Kita?
Tanggal 11 Februari tahun
ini saya lebih banyak menghabiskan waktu seharian di depan
laptop di dalam kamar saya. Sesekali memainkan gitar sambil bernyanyi lagu-lagu
hits-nya The
Beatles untuk menyegarkan kembali pikiran saya di akhir pekan sehabis kuliah Senin sampai Jumat. Sambil memainkan beberapa lagu
hits band tersebut, saya berganti menyanyikan lagu yang berjudul
“Can’t Buy Me Love”. Di dalam lirik lagu tersebut terdapat kalimat
“cause I don’t care too much for money, for money can’t buy me love” yang artinya
“karena aku tidak terlalu perduli dengan uang, uang tidak bisa membelikanku cinta”.
Saya berhenti sesaat, berusaha mendalami makna lirik tersebut.
Dikatakan bahwa “uang tidak bisa membelikanku cinta”, berarti tidak bisa
membeli perasaan. Saya lalu berpikir berarti uang juga tidak bisa
membeli
kebahagiaan.
Kalau kita pikir-pikir kebanyakan orang berusaha mencari uang untuk
kelangsungan hidupnya. Tentunya uanglah yang mereka cari demi
kelangsungan hidup mereka. Dengan uang mereka bisa membeli banyak hal;
mulai dari kebutuhan
primer,
sekunder, tersier hingga kebutuhan/materi lainnya yang bisa ‘ditukar’
dengan uang, tetapi tidak untuk perasaan (cinta, kebahagiaan, dan
sebagainya). Perasaan apapun itu tidak bisa dibeli atau pun ‘diuangkan’
alias
dijual. Lalu apakah dengan materi/uang yang selama ini kita cari, kita
kejar-kejar hingga mati-matian mendapatkannya adalah tujuan kita dalam
hidup ini?
Kebanyakan manusia tidak akan pernah merasa puas akan apa yang telah
dimilikinya. Manusia akan terus mencari, mencari, hingga mendapatkannya.
Walaupun sudah mendapatkan yang lebih, namun sifat ‘keserakahan’
membuat manusia akan terus mencari dan tidak pernah merasa puas dengan
itu semua.
Saya pernah berpikir bahwa saya sekolah hingga sarjana nanti agar
saya bisa menjadi sukses, mendapatkan pekerjaan impian saya sesuai
cita-cita
dan mendapatkan uang yang berlimpah dari pekerjaan tersebut, dapat
berkeluarga dengan baik, dapat menghidupi keluarga, menyekolahkan anak,
dan sebagainya. Tetapi menjadi sukseskah tujuan hidup kita? Apakah
kesuksesan menjadi jaminan kita hidup bahagia? Atau dengan uangkah kita
dapat memperoleh segalanya yang kita inginkan termasuk perasaan?
Tentunya Anda pernah mendengar “uang bukanlah segalanya”. Anda juga
mungkin pernah mendengar kalimat
plesetan ini, “uang bukanlah segalanya, tapi segalanya butuh uang”. Tentu saja tidak! Perasaan cinta, kasih
sayang, kebahagiaan tidak membutuhkan uang.
Banyak sekali contoh nyata bahwa kesuksesan dan uang/materi tidak
menjamin kebahagiaan. Salah satunya, sebuah keluarga yang saya kenal
memiliki dua orang anak yang hidup dalam kemewahan. Apapun yang
dia
butuhkan dan inginkan selalu terpenuhi. Orang tuanya bekerja sebagai
pebisnis sukses yang berpenghasilan sangat besar setiap bulannya. Anak
tersebut adalah teman saya sewaktu SMP dulu, dan sering bertemu dengan
kakaknya setiap
main ke
rumahnya. Dia hidup dalam kemewahan, rumah yang mewah, sering
diantar-jemput dengan kendaraan mewah, uang saku yang bagi saya sangat
besar untuk anak SMP, dan sebagainya. Tetapi teman saya itu pernah
bercerita kepada saya bahwa ia merasa kurang perhatian dari orang
tuanya. Orang tuanya terlalu sibuk pergi sana-sini demi bisnis mereka
sehingga jarang sekali meluangkan waktu untuk dia dan kakaknya. Teman
saya ini merupakan anak bungsu dari keluarga tersebut, dan kakaknya
merupakan siswi SMA yang berlokasi di sebelah SMP saya. Dia berkata
bahwa apa yang dia dan kakaknya punya tidak membuat mereka bahagia.
Mereka lebih senang menghabiskan waktu dengan orang tuanya ketimbang
materi apapun yang mereka punya, meskipun jarang sekali mendapatkan
kesempatan untuk menghabiskan waktu dengan orang tuanya. Dia dan
kakaknya kadang sering bertengkar dengan orang tua mereka karena merasa
orang tua mereka lebih mementingkan bisnis ketimbang kedua anaknya.
Dengan polosnya saya pernah sekali berkata kepadanya, “ngapai juga kau
sedih, kau kan bisa beli apapun yang kau mau. Kalo aku jadi kau kubeli
itu
playstation 2 biar ada hiburan di rumah”. Setelah berkata
seperti itu reaksinya semakin murung, dan melihat ke arah depan dengan
tatapan kosong tanpa melihat ke arahku. Dan bila saya pikirkan lagi,
materi yang dia punya tidak menjaminnya hidup dalam kebahagiaan. Materi
yang orang tuanya berikan tidak dapat mengganti ‘perhatian’ dan ‘kasih
sayang’ yang mereka butuhkan sebagai anak dari orang tua mereka.
Uang tidak dapat membeli kebahagiaan, begitu juga dengan perasaan
lainnya. Seperti lirik di dalam lagu The Beatles tadi, uang tidak dapat
membeli cinta. Dengan uang kita tidak bisa mendapatkan segalanya, hanya
materi saja tetapi tidak dengan cinta dan kebahagiaan. Cinta dan kasih
sayang yang kita berikan dan dapatkan membuat kita bahagia.
Kebahagiaan-lah yang menjadi kunci kehidupan. Atau salahkah bila saya
berkata bahwa ‘kebahagiaan’ adalah ‘kunci kehidupan’?
Seperti kata John Lennon (The Beatles),“When I
was 5 years old, my mother always told me that happiness was the key to
life. When I went to school they asked me what I wanted to be when I
grew up. I wrote down ‘happy’. They told me I didn’t understand the
assignment, and I told them they didn’t understand life.”
Kebahagiaan-lah yang menjadi kunci kehidupan. Hidup kita hanya
sebentar dan kita semua tentu tidak mau segala kesedihan dan segala
penderitaan mengisi hidup kita yang singkat ini. Kebahagiaan menjadi hal
terpenting bagi hidup kita walaupun sebagian dari kita tidak menyadari
hal tersebut. Hidup kita adalah untuk kebahagiaan, dan pasti kita semua
menghindari yang namanya ‘penderitaan’ dan segala ‘kesedihan’ bahkan
tidak ingin merasakan kedua hal tersebut dalam hidup kita.
Orang-orang mencari uang dan segala materi yang
notabene hanya
bersifat sementara. Kebahagiaan menjadi kunci kehidupan yang hanya
sementara ini. Kebahagiaan menjadikan kita sukses dalam kehidupan, dan
dengan kebahagiaan yang positif tentunya (ada juga orang yang
gila yang merasa bahagia dengan menyakiti dan memberikan orang lain penderitaan) kita bisa melakukan segala hal baik di dunia ini.
Pencarian akan kesuksesan dan uang sebagai bentuk konkrit-nya tidak
menjamin manusia hidup dalam kebahagiaan. Seperti kata John Lennon (The
Beatles)
“When I was 5 years old my mother always told me that
happiness was the key to life. When I went to school they asked me what I
wanted to be when I grew up. They told me I didn’t understand the
assignment, and I told them they didn’t understand life.”
Jadi apa sebenarnya tujuan hidup kita? Mencari uang untuk membeli
cinta dan kebahagiaan? Mencari uang dan segala hal dalam bentuk materi
untuk memenuhi kepuasan dalam diri ini? Apakah tujuan hidup kita adalah
menjadi sukses? Atau menurut Anda kalau sudah menjadi sukses akan
menjamin hidup Anda menjadi bahagia? Atau Anda tidak setuju dengan
kebahagiaan yang menjadi kunci kehidupan?
Opini saya mengenai topik dalam tulisan ini belum selesai, karena
masih banyak hal yang ingin saya tambahkan mengenai topik ini. Saya
sangat mengharapkan tanggapan Anda mengenai tulisan ini, dan segala
bentuk komentar (yang sopan tentunya) akan saya terima sebagai masukan
yang akan sangat berguna dalam pemikiran saya untuk tulisan berikutnya
dengan topik yang sama. Salam blogger Indonesia!